Pagi tadi sekitar jam setengan sembilan ketika saya sampai di rumah habis main badminton, sudah ada odang Naruma rekan ayah saya. Usianya sudah lebih dari 80 tahun, tubuhnya sudah terlihat semakin lemah. Biasanya beliau datang bersama suami beliau pak Muis tapi kali ini beliau sendiri saja. Saya tanya kenapa suami beliau tidak ikut. Dengan wajah yang berat beliau bercerita bahwa sudah hampir sebulan ini sang suami sakit. Ada masalah dengan perutnya sehingga beliau tidak bisa makan dengan cara biasa. Makananan harus dimasukkan melalui selang. Untungnya masih bisa dirawat di rumah. Setiap hari harus membeli obat tapi untunglah mereka sudah punya kartu berobat dari pemerintah sehingga biayanya bisa ditekan. Kedua orang ini sampai hari tuanya masih harus membiayai dan mengurus dirinya sendiri.
Secara financial mereka sebenarnya masih mempunyai asset yang bisa mereka harapkan untuk membiayai hidup mereka tapi sebagian besar dari hartanya itu dipinjam orang yang sudah bertahun-tahun tidak mengembalikannya. Mereka sebenarnya sangat membutuhkan uang itu kembali untuk kehidupan mereka tapi tidak satupun dari orang yang meminjam uang itu mengembalikan uang dan harta mereka.
Pagi ini dengan hati masgul beliau bercerita bahwa salah seorang yang beliau harapkan akan mengembalikan asset beliau mengadakan pesta pernikahan anaknya. Tapi aneh bin ajaib mereka tidak diundang! justru mereka tahu kalau hari ini ada pesta perkawinan dari teman mereka yang akan berangkat ke pesta itu. Mereka pertanya \” ibu Nuruma diundang gak ke pesta anaknya si……?\”
Jelas sekali terlihat kesedihan di wajah wanita tua ini. Kata beliau dengan suara berat \”apa kami selama ini kurang berbuat baik kepada mereka?sampai kami tidak diundang.
Entahlah, kenapa kedua orang tua ini terlewatkan dari daftar undangan penting ini… Wallahualam….
Saya hanya bisa menghibur dengan membesarkan hati beliau, \”mungkin mereka lupa\” kata saya.