Ibarat pepatah lama, sudah jatuh tertimpa tangga pula. Itulah nasib yang sedang diratapi oleh Saipul Jamil, penyanyi dangdut yang sedang dirundung malang. Belum kering tanah kuburan insterinya tercinta Virginia, belum kering pula airmata menangisi kepergiannya akibat kecelakaan yang menimpanya pada hari Sabtu tanggal 3 September 2011 lalu di km 97 jalan Tol Cipularang. Kini giliran bencana baru sedang mengusiknya. Dia terkena ancaman hukum penjara maksimal 7 tahun karena tuduhuhan kelalaian sesuai undang-undang lalu-lintas. Tidak main-main, Kepala Polisi Republik Indonesia telah menetapkan Saipul sebagai tersangka tunggal dalam kasus ini. Hampir semua orang termasuk saya terperangah mendengar berita ini. Kok bisa? \”Kenapa tega buangat yah polisi, orang baru dalam kesusahan eh malah sekarang diancam masuk penjara pula, siapa sih yang tega membunuh isteri sendiri yang masih muda, cantik dan sholehah\” kata beberapa orang.
Saya ingin mengajak anda untuk melihat kasus ini dari sudut Risk Management, atau Management Resiko. Ada empat hal penting yang bisa menjadi penyebab kecelakaan, pertama adalah kesalahan manusia dalam hal ini pengemudi, kedua faktor kendaraan, ketiga faktor kondisi jalan. dan yang keempat faktor cuaca. Kalau di dalam siaran televisi ada satu faktor lain sebut saya faktor \”x\” dimana ada faktor makluk gaib, tentang yang satu ini saya tidak tahu dan tidak percaya. Saya berharap setelah anda membaca penjelasan saya tentang keempat faktor ini anda dapat mengambil kesimpulan apakah tepat jika Saipul Jamil sebagai tersangka dan seperti apa hukuman yang wajar baginya.
- Faktor Manusia. Di dalam keterangannya Saipul mengatakan bahwa dia dalam keadaan sehat dan tidak mengantuk pada saat kejadian. Kalau dilihat dari kondisinya Saipul jujur dengan pernyataanya. Kejadian ini terjadi sekitar jam 10 pagi, tentulah pada saat-saat seperti ini setiap orang masih dalam kedaan segar dan tidak mengantuk. Apalagi Saipul dia baru saja berangkat dari rumah mertuanya di Cimahi hanya beberapa kilometer dari tempat kejadian. Saya yakin bahwa Saipul masih dalam keadaan segar pada saat kejadian. Lalu, apakah Saipul mengebut? yah mungkin saja. Ini jalan tol bung, jalan kosong dan tidak ada hambatan, apalagi kalau kondisi jalan dalam keadaan sepi hampir setiap pengemudi terpancing untuk memacu kendaraannya. Menurut pengalaman saya hampir setiap orang yang yang melintasi jalan tol Cipulang dari Bandung arah ke Jakarta yang kondisinya menurun dapat dipastikan mereka memacu kendaraan di atas kecepatan 100 km/jam, termasuk saya. Saipul juga manusia biasa bisa saja dia memacu kendaraannya pada saat kejadian dengan kecepatan seperti itu. Tapi dengan usia seperti Saipul biasanya orang tidak lagi ugal-ugalan mamacu kendaraan apalagi dengan kendaraan seperti Avanza yang memang tidak enak untuk dibawa ngebut. Lagi pula siapa yang \”ngeh\” kalau ada pembatasan kecepatan di jalan tol dengan kecepatan tertentu. Siapa yang membaca dan mempelajari undang-undang lalu-lintas secara detail. Pada saat mengurus SIM juga tidak ada penjelasan dan pelajaran tentang ini. Saya percaya, karena bulan lalu saya baru saja membuat SIM baru dan tidak ada pertanyaan ujian mengenai ini. Kalau begitu apakah pantas Saipul disalahkan kerena telah menyalahi undang-undang yang dia sendiri tidak paham dan tidak pernah dijelaskan tentang undang-undang itu. Masalah berikutnya, Saipul dituduh telah mengangkut penumpang 10 orang melebihi kapasitas kendaraan. Mobil typenya, Avanza dikenal juga dengan istilah 7 seaters atau mobil dengan kapasitas normal untuk 7 orang. Apakah benar pada saat kejadian ada 10 orang? 2 minggu lalu saya naik Avanza (travel gelap) saya di duduk bangku belakang. Sang supir ingin mengisi mobilnya sepenuh-penuhnya. Di bangku belakang ada 3 orang termasuk saya, saya sudah merasa sangat sempit dengan 3 orang itu. Di bangku tengah juga diisi penuh dengan 3 orang dan di depan termasuk sopir 2 orang, jadi total dengan ada 8 orang dan mobil sudah penuh sesak. Jadi, kalaupun memang mobil yang dikendaraan Saipul diisi 10 orang, tentulah bukan orang dewasa semua.
- Faktor Kendaraan. Konon mobil yang dikendarai Saipul adalah mobil sewa alias rental bukan mobil miliknya sendiri. Anda pernah menggunakan mobil rentalkan? Apakah anda tahu persis kondisi kesehatan mobil yang anda sewa? Apakah anda bongkar dan lihat semua kondisi fisiknya termasuk memeriksa kondisi remanya? Saya yakin tidak. Kita hanya percaya bahwa pihak rental pasti sudah mempersiapkan kendaraan yang disewakannya dengan sebaik-baiknya. itu adalah etika bisnis yang berlaku secara umum. Menurut keterangan polisi bahwa mobil yang mengalami kecelakaan itu mengalami masalah dengan salah satu remnya, itu diperkirakan menjadi salah satu penyebab kecelakaan. Menurut anda siapa yang salah dalam hal ini? Saipul ataukah pihak Rental?
- Faktor Jalan. Ini bukan kecelakaan yang pertama yang terjadi di sekitar km 97 ini. Mungkin sudah puluhan kali kecelakaan serupa terjadi. Hal ini sesuai dengan keterangan yang kita baca di koran ataupun di iternet. Bahkan pada tanggal 7 September 2011 kemarin terjadi lagi kecelakaan di sekitar tempat kecelakaan yang dialami Saipul dan korbannya malah 6 orang meninggal dunia. Kalau tingkat frekwensi kecelakaan setinggi itu tentulah ada faktor kondisi jalan sebagai penyebabnya. Mari kita lihat kondisi jalannya. Jalan tol Cipularang berbeda dengan kebanyakan jalan tol di Indonesia yang biasanya lurus dan rata. Ruas jalan ini berbeda ia diatas perbukitan, banyak tanjakan, turunan dan tikungan sepanjang lebih kurang 50 km. Hari Selasa 30 Agustus 2011 atau 4 hari sebelum kejadian yang menimpa keluarga Saipul saya melalui jalan tol Cipularang. Hari itu bertepatan dengan hari raya bagi yang merayakan di hari Selasa. Karena sebagian besar orang Jakarta merayakan di Rabu sehingga saya tidak bisa berkunjung ke kerabat dan handai-tolan. Daripada bengong-bengong di rumah saya ajak keluarga saya jalan-jalan ke Bandung. Jam 4 sore kami ke luar dari rumah di Pondok Aren jam 6.15kami sudah sampai di Rancaekek Sumedang. Jalanan sangat sepi karena sebagian warga sudah pada mudik sehingga saya bisa memacu kendaraan saya secara maksimal. Karena kondisinya berat dan sulit sudah seharusnya rancangan jalan tol ini seaman mungkin, dengan kontur yang lebih rata dan mengurangi tikungan berat, tanjakan dan turunan yang tajam. Memasang rambu-rambu dan petunjuk yang lebih banyak dan lebih jelas agar setiap pengemudi mengikuti semua peraturan keselamatan. Lalu bagaimana dengan kondisi jalan saat ini? Di beberapa bagian jalan kita merasakan adanya turunan panjang yang membuat seolah-olah mobil \”melayang\” ketika dipacu, persis seperti ketika mobil saya berlari sampai 180/km di sekitar km 97 itu. Bagaimana dengan rambu-rambu lalu-lintas? Sudah ada tapi rasanya harus diperbanyak lagi. Jadi, bisa jadi penyebab kecelakaan yang dialami oleh Saipul Jamil disebabkan oleh faktor kondisi jalan. Yang tentunya yang bertanggung jawab adalah pengelola jalan.
- Faktor Cuaca. Jam 10 pagi hari itu di sekitar Cimahi cuaca masih cerah, tidak ada hujan, tidak ada badai dan angin topan yang bertiup. Tidak ada pula gempa bumi dan letusan gunung berapi. Semua kondisi alam baik-baik saja. Kalau ingin referensi yang lebih tepat bisa ditanyakan ke pada BMKG semua data bisa didapatkan.
Dengan melihat ketiga faktor utama ini saya yakin kita akan mempunyai persepsi yang lebih jelas tentang apakah Saipul layak menerima hukuman seperti yang sedang diancamkan kepadanya. Ya, memang kemungkinan ada faktor kelalai manusia (human error) tapi sebesar apa? Ada faktor masalah kondisi kesehatan kendaraan, ini tanggung jawab siapa? Lalu ada faktor kondisi jalan yang mungkin telah terjadi kesalahan rancang (faulty design) sehingga menyebabkan sering terjadinya kecelakaan di sekitar km 97 ini? Atau mungkin kesalahan pengelola jalan tol yang tidak memberikan perawatan dan menyediakan sarana pencegah kecelakaan? Allahualam, semua faktor ini seharusnya perlu dijadikan pertimbangan bagi penegak hukum.
Semoga Saipul mendapat pertolongan dari Allah agar dia ditunjuki mana yang hak dan mana yang bathil atas musibah yang menimpa dirinya.